Profil Desa Panularan

Ketahui informasi secara rinci Desa Panularan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Panularan

Tentang Kami

Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta: perpaduan warisan sejarah sebagai pusat kesehatan dan medan juang dengan inovasi modern lewat program Kampung Iklim (Proklim) dan ekonomi UMKM kuliner yang dinamis di tengah kepadatan urban.

  • Warisan Sejarah Ganda

    Identitas unik Panularan dibentuk oleh dua pilar sejarah. Nama `Panularan` berasal dari fungsinya sebagai lokasi RS Kadipolo untuk menangani wabah penyakit menular. Kawasan ini juga menjadi medan pertempuran heroik saat Serangan Umum 1949 di Surakarta

  • Inovasi di Ruang Terbatas

    Sebagai salah satu kelurahan terpadat, Panularan berinovasi hadapi lahan terbatas lewat Program Kampung Iklim (Proklim). Warga sukses menerapkan urban farming di gang sempit dan atap rumah, menjadi juara tingkat kota dan wakil nasional bidang ketahanan pa

  • Pusat Aktivitas Komunitas dan Ekonomi

    Panularan merupakan pusat aktivitas komunitas yang dinamis dengan ekonomi lokal yang didominasi UMKM kuliner dan perdagangan. Kehidupan sosial warganya diperkuat oleh fasilitas seperti Taman Cerdas yang menjadi pusat rekreasi edukatif dan interaksi masyar

XM Broker

Kelurahan Panularan, sebuah kawasan padat di Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, menampilkan wajah sebuah wilayah urban yang dinamis. Di balik gang-gang dan permukiman yang rapat, Panularan menyimpan lapisan sejarah yang dalam, mulai dari penanganan wabah penyakit di era kolonial hingga menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan. Kini, kelurahan ini bertransformasi, menjawab tantangan zaman dengan inovasi berbasis komunitas, terutama dalam ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi lokal. Panularan bukan sekadar wilayah administratif, melainkan sebuah entitas yang hidup, di mana warisan masa lalu menyatu dengan geliat kreativitas warganya untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Jejak Sejarah: Dari Pusat Kesehatan Wabah hingga Medan Pertempuran

Nama "Panularan" diyakini erat kaitannya dengan fungsi historis wilayah ini sebagai pusat kesehatan. Asal-usul nama tersebut merujuk pada kata "penularan" atau proses transmisi penyakit. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Rumah Sakit Kadipolo, sebuah bangunan cagar budaya yang berdiri megah di Jalan Dr. Radjiman. Didirikan pada tahun 1915 atas prakarsa Raja Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X, rumah sakit ini awalnya dibangun sebagai respons terhadap wabah pes yang melanda. Awalnya, fasilitas ini bernama Panti Rogo dan dikhususkan sebagai poliklinik bagi para abdi dalem keraton. Keberadaannya sebagai pusat penanganan penyakit menular menjadikan kawasan di sekitarnya dikenal sebagai Panularan, nama yang kemudian tersemat secara administratif hingga hari ini.

Seiring berjalannya waktu, fungsi RS Kadipolo berevolusi. Pada tahun 1960, pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Surakarta dan sempat menjadi rumah sakit khusus penyakit dalam dan kandungan. Bangunan ini kemudian beralih fungsi menjadi Sekolah Pendidikan Keperawatan pada akhir dekade 70-an, hingga akhirnya menjadi mess bagi klub sepak bola legendaris Arseto Solo pada era 80-an dan 90-an. Meskipun kini kondisinya tidak terawat, kompleks eks-RS Kadipolo tetap menjadi penanda fisik paling signifikan dari sejarah awal kelurahan ini.

Selain sejarah kesehatan, Panularan juga mengukir catatan heroik dalam sejarah perjuangan bangsa. Kawasan ini menjadi salah satu titik pertempuran penting selama peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Surakarta yang berlangsung pada 7-10 Agustus 1949. Dalam pertempuran melawan agresi militer Belanda tersebut, Panularan menjadi zona pertempuran sengit. Sejarah mencatat gugurnya seorang komandan regu Seksi I Kompi I bernama Sahir di medan laga Panularan. Untuk mengenang peristiwa bersejarah ini, didirikan Monumen Panularan, yang menjadi pengingat abadi atas semangat juang dan pengorbanan para pahlawan dalam mempertahankan kedaulatan republik. Warisan ganda ini, sebagai pusat penyembuhan dan medan perjuangan, membentuk karakter unik yang melekat pada identitas Kelurahan Panularan.

Wajah Demografi dan Tata Ruang di Jantung Kota

Secara geografis, Kelurahan Panularan terletak di lokasi yang strategis di dalam Kecamatan Laweyan. Wilayahnya berbatasan langsung dengan kelurahan-kelurahan penting lainnya di Kota Surakarta. Di sebelah utara, Panularan berbatasan dengan Kelurahan Sondakan. Di sisi timur, wilayahnya bersebelahan dengan Kelurahan Bumi serta Kelurahan Jayengan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Serengan. Batas sebelah baratnya ialah Kelurahan Pajang, sementara di sisi selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Letaknya yang terhubung dengan berbagai kawasan utama menjadikan Panularan sebagai area perlintasan sekaligus permukiman yang vital.

Luas wilayah Kelurahan Panularan tercatat sekitar 0,56 kilometer persegi. Meskipun memiliki luas yang relatif kecil, wilayah ini menampung populasi yang sangat besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta tahun 2023, jumlah penduduk di Panularan mencapai 9.679 jiwa. Angka ini menghasilkan tingkat kepadatan penduduk yang luar biasa tinggi, yakni sekitar 17.284 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini jauh melampaui rata-rata kepadatan penduduk Kota Surakarta secara keseluruhan.

Kondisi demografis tersebut tecermin jelas pada tata ruangnya. Panularan didominasi oleh permukiman penduduk yang rapat dengan gang-gang sempit yang saling terhubung. Rumah-rumah warga berdiri berhimpitan, menyisakan sedikit ruang terbuka. Karakteristik ini dikonfirmasi oleh pernyataan pejabat setempat yang menggambarkan Panularan sebagai kelurahan padat penduduk dengan keterbatasan ruang terbuka hijau. Pemandangan anak-anak yang bermain di lorong-lorong gang menjadi pemandangan yang lazim, yang sekaligus menyoroti kebutuhan mendesak akan ruang komunal yang aman dan layak. Tata ruang yang padat ini menjadi tantangan sekaligus pendorong lahirnya berbagai inovasi sosial dan lingkungan di kelurahan ini.

Denyut Ekonomi Kreatif dan Ketahanan Pangan Perkotaan

Di tengah kepadatan permukiman, denyut ekonomi di Kelurahan Panularan tetap berdetak kencang, terutama digerakkan oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Berdasarkan data yang ada, sektor kuliner menjadi tulang punggung utama perekonomian lokal. Berbagai jenis usaha makanan dan minuman, mulai dari jajanan pasar, katering, hingga warung makan, tersebar di berbagai sudut kelurahan, melayani kebutuhan warga sekitar maupun dari luar daerah. Selain kuliner, sektor perdagangan dan kerajinan tangan (handicraft) juga turut memberikan kontribusi bagi perputaran ekonomi masyarakat. Pemerintah Kota Surakarta pun menetapkan kawasan ini sebagai salah satu area pengembangan perdagangan berskala regional.

Namun potensi paling menonjol dari Panularan saat ini ialah inovasi di bidang ketahanan pangan perkotaan melalui Program Kampung Iklim (Proklim). Menghadapi tantangan lahan yang sangat terbatas, masyarakat Panularan justru berhasil mengubahnya menjadi peluang. Melalui inisiatif seperti Pandabori Farm, warga secara kolektif memanfaatkan setiap jengkal lahan yang tersedia, mulai dari pekarangan sempit, atap rumah (rooftop), hingga lorong gang, untuk kegiatan pertanian perkotaan atau urban farming. Berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat berhasil dibudidayakan menggunakan teknik-teknik seperti hidroponik, vertikultur, dan tabulampot (tanaman buah dalam pot).

Inisiatif ini bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga, tetapi juga memiliki dampak ekonomi dan lingkungan yang signifikan. Hasil panen sebagian diolah menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual, seperti aneka camilan sehat dan minuman herbal, yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Keberhasilan program ini mengantarkan Kelurahan Panularan meraih predikat terbaik dalam lomba Proklim tingkat Kota Surakarta pada tahun 2025 dan berhak mewakili kota di tingkat nasional. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan semangat gotong royong, keterbatasan fisik dapat diatasi, mengubah wajah permukiman padat menjadi oase hijau yang produktif.

Tata Kelola Kolaboratif dan Modal Sosial Masyarakat

Kunci keberhasilan berbagai program di Kelurahan Panularan terletak pada sinergi yang kuat antara pemerintah kelurahan, tokoh masyarakat, dan partisipasi aktif warga. Di bawah kepemimpinan Lurah Warsidi, yang melanjutkan program-program rintisan lurah sebelumnya, pemerintah kelurahan berperan sebagai fasilitator dan motor penggerak inisiatif-inisiatif komunal. Semangat kolaborasi ini menjadi modal sosial utama yang memungkinkan berbagai ide kreatif dapat diwujudkan menjadi aksi nyata.

Salah satu bukti nyata dari kolaborasi ini ialah pembangunan dan pengelolaan Taman Cerdas Panularan. Diresmikan pada akhir tahun 2023 di atas lahan bekas sekolah dasar seluas 1.705 meter persegi, fasilitas ini dirancang sebagai ruang publik multifungsi yang memadukan konsep rekreasi, edukasi, dan interaksi sosial. Taman ini dilengkapi dengan berbagai wahana permainan anak yang edukatif, perpustakaan, ruang komputer, dan area terbuka untuk kegiatan komunitas. Pembangunannya merupakan jawaban langsung atas kebutuhan warga akan ruang bermain anak yang aman dan ruang terbuka hijau di tengah kepadatan penduduk. Kehadiran Taman Cerdas dengan cepat menjadikannya sebagai pusat kegiatan keluarga dan sosial di Panularan.

Selain itu, pemerintah kelurahan juga menunjukkan perhatian serius terhadap isu-isu kesehatan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan lembaga-lembaga partisipatif seperti Forum Warga Peduli AIDS (WPA) dan Tim Pengendali Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada tahun 2024. Program-program ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan perilaku hidup sehat di kalangan warga, menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kombinasi antara tata kelola yang responsif dan semangat gotong royong warga yang tinggi menjadi fondasi kokoh bagi kemajuan Kelurahan Panularan dalam menghadapi berbagai tantangan perkotaan.